"Aku mencintai kalian secara sederhana. Seperti apa yang tidak sempat di ucapkan kayu, pada api yang telah membakarnya"

Kumpul Bocah

Akhir tahun ini, banyak sekali perubahan, yang seperti ombak, bergulung gulung,naik turun, menghempaskan dan   begitu mudahnya meninggalkan. Itulah kehidupan. Dan, kemarin, saya merasa seperti "di telanjangi" oleh kemanusiaan saya. Betapa saya, merindukan hubungan sejati antara sesama manusia. Khususnya, Keluarga. Yang saya miliki saat ini, adalah Keluarga Kecil, yang bertabur Kesederhanaan, punya banyak cerita dan layak saya jadikan motivasi untuk menempuh perjalanan singkat dalam hidup saya. Kesempurnaan itu hanyalah ilusi, Karena akan selalu ada bagian dari fakta yang bertolak belakang dari keinginan atau sekedar menafikan bahwa "Dua sisi itu adalah hal yang mutlak". 

Kemarin, adalah hari yang seperti biasanya. Melelahkan tapi juga membahagiakan. Pulang lebih awal, saya manfaatkan untuk lebih care terhadap anak anak saya. Seperti memandikan anak anak, mendadani mereka supaya terlihat cantik segar mewangi. Saya bahagia Ya Allah. Untunglah, godaan gaya hidup, kesemrawutan, budaya instan, tidak serta merta merusak pola pikir saya. Karena bisa saja saya menyerahkan semua tetek bengeknya ke "baby sitter" atau "nanny". Seingat saya, saya ini orang tua. Dan berhubung, single parent, tugas tugas biasa tersebut tampak sedikit berat dan "membosankan". Tidak dengan saya, yang justru, ingin selalu merasa terlibat, dalam setiap moment 2 penting dalam hidup mereka. Saya yang praktis, terbantu dengan sikap idealis saya. Jadi, saya masih bisa kompromi dan bisa bersikap proporsional. Suatu kelemahan para Orangtua pada umumnya. Strict atau Free sama sekali. Saya anggap di dunia ini, saya sedang bermain Layang Layang. Tarik ulur tarik ulur.Menyenangkan bukan?

Saya juga tidak terburu buru untuk mencari pengganti Mami bagi mereka. Karena, biar bagaimanapun, di Indonesia yang nuansa kampungnya masih terasa, budaya basa basi melayu, dan segala macam wejangan orang tua, apalagi saya masih dalam ruang lingkup betawi. Sungguh, betapa patron hidup mengganggu saya. Ribet!

Toh, saya tetap harus lebih mengutamakan anak anak dan tidak melulu memikirkan kepentingan pribadi. Saya percaya Jodoh gak akan lari kemana. Bila, memang sudah waktunya, dan saya berada di jalur yang benar. Maka, itu semua akan tampak dan datang dengan cara yang indah. Terlebih, yang saya cari Ridho Allah bukan murkaNya. 

Dan, kemarin, semua berkumpul di rumah sempit yang adalah surga bagi saya dan juga malaikat kecil saya. Saya yakinkan diri, bahwa ini semua akan jauh lebih baik nanti. Allah akan menepati janjiNya.(Kok,saya tiba tiba nangis?). Wah, jadi cengeng ya. Itu saya anggap pujian. Karena, laki laki sejati adalah Laki laki yang begitu berhadapan dengan istri,anak dan orang tuanya akan menghormati mereka dan berlaku sopan terhadap mereka. Sekalipun di luar "ia" bersikap sok jagoan :-)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.