Sunshine In My Winter

Pertemuan akan melahirkan perpisahan. Di dunia ini, memang tidak ada yang terlahir abadi. Walaupun tampak seperti tak berujung, tetap saja semua ada akhirnya. Kenyataan yang di hadapi dengan sebuah ketegaran tidak perlu di tanggapi berlebihan.

Memang, semua terlihat mudah. Mudah untuk di bicarakan. Tidak untuk di lakukan. Ketika semua melibatkan perasaan yang terdalam dari setiap manusia. Maka, tiada ada yang sanggup mendefinisikannya sedalam apa sebuah samudra.

Sulit adalah kata yang tepat. Tapi, sekarang, saya harus berani melakukan apa yang ditakutkan oleh kebanyakan orang. Jujur pada diri sendiri.

Bagaimana mungkin hal yang sederhana seperti ini bisa menjadi rumit. Ya, tanpa kita sadari. Cinta adalah hal yang paling rumit di dunia ini. Terserah bagi anda untuk mau mengakuinya atau tidak. Yang jelas, telah terbukti selain uang dan tahta. Cinta adalah factor dominan yang memainkan peran dalam sendi kehidupan kita.

Hanya saja, semakin lama saya makin tersadar untuk tidak terlalu berlebihan menanggapi sesuatu. Karena yang ada di dunia ini bukanlah hakiki dari penciptaan kita. Saya berkeyakinan, apa yang kita miliki, alami, rasakan selama kita hidup bukanlah satu satunya yang menandakan siapa kita. Kita ini hanya manusia yang lemah.

Bukan saya tidak perduli tentang kebahagiaan hidup atau kesenangan duniawi. Tapi, saya ingin merubah pola pikir saya menjadi sosok yang bisa bersikap bijaksana dalam mengarungi kehidupan. Untuk itu, saya membutuhkan pengalaman, dan setiap pengalaman yang saya dapat akan saya manfaatkan untuk bisa meraih apa yang saya sebut pencapaian.

Yang terpenting, cerita saya adalah kisah saya yang tidak harus sama dengan kisah anda. Dan, SUNSHINE, adalah pertanda bahwa segelap apapun keadaan kita, selama kita masih memiliki keyakinan maka kita akan selalu bisa melihat. Seperti orang buta yang menilai dunia, tidak dengan melihat, tapi merasakan dan menyentuh. Bagaimana dengan kita yang masih bisa melihat, tapi tidak sanggup menyentuh dan merasakan dunia?